Berdialog dengan Raja
Nabi Ibrahim pun akhirnya terlibat adu argumentasi
dengan raja yang menyangka bahwa dirinya adalah tuhan kaumnya. Raja itu
menyuruh mereka untuk menyembahnya. Dalam rangka menjaga kepentingannya, boleh
jadi memang ia menyangka bahwa dirinya tuhan. Karena Allah SWT telah
memberikannya suatu kerajaan yang besar, ia lupa bahwa ia hanya manusia biasa.
Kita tidak mengetahui, apakah ia seorang raja atas kaum Nabi Ibrahim lalu ia
mendengar kisah mukjizatnya kemudian ia memanggilnya untuk berdebat dengan
beliau, atau mungkin ia raja dari daerah lain. Tapi yang kita ketahui bahwa
pertemuan di antara keduanya menyebabkan jatuhnya argumen-argumen orang kafir.
Allah SWT menceritakan hal tersebut dengan firman-Nya:
"Apakah kamu tidak memperhatikan orang yang
mendebat Ibrahim tentang Tuhannya (Allah) karena Allah telah memberikan kepada
orang itu pemerintahan (kekuasaan). Ketika Ibrahim mengatakan: 'Tuhanku ialah
Yang menghidupkan dan mematikan.' Orang itu berkata: 'Saya dapat menghidupkan
dan mematikan.' Ibrahim berkata: 'Sesungguhnya Allah menerbitkan matahari dari
timur, maka terbitkanlah dia dari barat,' lalu heran terdiamlah orang kafir
itu; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang lalim. "
(QS. al-Baqarah: 258)
Allah SWT sengaja tidak menyebut nama raja itu
karena dianggap tidak penting, sebagaimana Al-Qur'an juga tidak menyebut dialog
panjang yang terjadi antara Nabi Ibrahim dan dia.
Barangkali raja itu berkata kepada Nabi Ibrahim:
"Aku mendengar bahwa Anda mengajak manusia untuk menyembah Tuhan yang baru
dan meninggalkan tuhan yang lama." Nabi Ibrahim menjawab: "Tiada
Tuhan lain selain Allah Yang Maha Esa." Si Raja berkata: "Apa yang
dilakukan oleh tuhanmu yang tidak dapat aku lakukan?" Raja yang terkena
penyakit sombong dan bangga diri itu adalah raja yang tidak tahu diri.
Penghormatan manusia dan ketertundukkan manusia kepadanya itu justru
meningkatkan kesombongannya. Nabi Ibrahim mendengar apa yang dikatakan oleh si
raja. Nabi Ibrahim mengetahui segala sesuatunya. Nabi Ibrahim berkata dengan
lembut:
"Tuhanku adalah yang mampu menghidupkan dan
mematikan." (QS. al-Baqarah: 258)
Si raja membalas:
"Aku pun menghidupkan dan mematikan."
(QS. al-Baqarah: 258)
Nabi Ibrahim tidak bertanya bagaimana si raja
menghidupkan dan mematikan. Nabi Ibrahim tahu bahwa sebenarnya ia berbohong.
Raja berkata: "Aku mampu menghadirkan seseorang yang sedang berjalan lalu
aku membunuhnya, dan pada kesempatan yang lain aku mampu memaafkan orang yang
sudah dipastikan untuk dihukum gantung lalu aku menyelamatkannya dari kematian.
Dengan demikian, aku mampu memberi kehidupan dan kematian."
Mendengar kebodohannya itu, Nabi Ibrahim tertawa
dan pada saat yang sama beliau merasakan kesedihan. Tetapi Nabi Ibrahim ingin
mematahkan argumen raja itu yang mengatakan bahwa ia mampu menghidupkan dan
mematikan, padahal sebenarnya ia tidak mampu. Nabi Ibrahim berkata:
"Sesungguhnya Allah mampu mendatangkan
matahari dari timur, maka kalau engkau mampu datangkanlah ia dari barat. "
(QS. al-Baqarah: 258)
Mendengar tantangan Nabi Ibrahim itu, raja menjadi
terpaku dan terdiam ia merasa tidak mampu. la tidak mampu berkata-kata lagi.
Alam mempunyai aturan dan undang-undang yang diatur dan diciptakan oleh Allah
SWT di mana tiada makhluk yang lain yang mampu mengubahnya. Jika raja mengklaim
bahwa ia benar-benar tuhan, maka tentu ia dapat mengubah hukum alam tersebut.
Saat itu si raja merasa tidak mampu memenuhi tantangan itu. Ia justru membisu.
Ia tidak mengetahui apa yang harus dikatakannya dan apa yang harus
dilakukannya. Setelah orang-orang kafir diam membisu, Nabi Ibrahim
meninggalkan istana raja. Kemudian ketenaran Nabi Ibrahim tersebar di segala
penjuru negeri. Manusia mulai ramai-ramai membicarakan mukjizatnya dan
keselamatanya dari api. Manusia menyinggung bagaimana sikap raja ketika
mendengar tantangan Nabi Ibrahim, dan bagaimana si raja menjadi membisu dan
tidak mengetahui apa yang harus dikatakannya.
Nabi Ibrahim tetap melanjutkan dakwahnya di jalan
Allah SWT. Nabi Ibrahim mencurahkan tenaga dan upayanya untuk membimbing
kaumnya. Nabi Ibrahim berusaha menyadarkan mereka dengan berbagai cara.
Meskipun beliau sangat cinta dan menyayangi mereka, mereka malah justru marah
kepadanya dan malah mengusirnya. Dan tiada yang beriman bersamanya kecuali
seorang perempuan dan seorang lelaki. Perempuan itu bernama Sarah yang kemudian
menjadi istrinya sedangkan laki-laki itu adalah Luth yang kemudian menjadi nabi
setelahnya.
Ketika Nabi Ibrahim mengetahui bahwa tidak seorang
pun beriman selain kedua orang tersebut, ia menetapkan untuk berhijrah. Sebelum
beliau berhijrah, ia mengajak ayahnya beriman. Kemudian Nabi Ibrahim mengetahui
bahwa ayahnya adalah musuh Allah SWT dan dia tidak akan beriman. Nabi Ibrahim
pun berlepas diri darinya dan memutuskan hubungan dengannya.
Untuk kedua kalinya dalam kisah para nabi kita
mendapati hal yang mengagetkan. Dalam kisah Nabi Nuh kita menemukan bahwa si
ayah seorang nabi dan si anak seorang kafir, sedangkan dalam kisah Nabi Ibrahim
justru sebaliknya: si ayah yang menjadi kafir dan si anak yang menjadi nabi.
Dalam kedua kisah tersebut kita mengetahui bahwa seorang mukmin berlepas diri dari
musuh Allah SWT, meskipun dia adalah anaknya dan ayahnya.
Melalui kisah tersebut, Allah SWT memberitahukan
kepada kita bahwa hubungan satu-satunya yang harus dipelihara dan harus
diperhatikan di antara hubungan-hubungan kemanusiaan adalah hubungan keimanan,
bukan hanya hubungan darah. Allah SWT berflrman dalam surah at-Taubah:
"Dan permintaan ampun dari Ibrahim (kepada
Allah) untuk bapaknya, tidak lain hanyalah karena suatu janji yang telah
diikrarkannya kepada bapaknya itu. Maka tatkala jelas bagi Ibrahim bahwa
bapaknya itu adalah musuh Allah, maka Ibrahim berlepas diri darinya.
Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang yang sangat lembut hatinya lagi penyantun.
" (QS. at-Taubah: 114)
Nabi Ibrahim keluar meninggalkan negerinya dan
memulai petualangannya dalam hijrah. Nabi Ibrahim pergi ke kota yang bernama
Aur dan ke kota yang lain bernama Haran, kemudian beliau pergi ke Palestina
bersama istrinya, satu-satunya wanita yang beriman kepadanya. Beliau juga
disertai Luth, satu-satunya lelaki yang beriman kepadanya.
Allah SWT berfirman:
"Maka Luth membenarkan (kenabian)nya. Dan
berkatalah Ibrahim: 'Sesungguhnya aku akan berpindah ke (tempat yang
diperintahkan) Tuhanku (kepadaku); sesungguhnya Dialah yang Maha Perkasa lagi
Maha Bijaksana.'" (QS. al-Ankabut: 26)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar