Nabi Ibrahim As Dibakar
Ketika Nabi Ibrahim berhasil merobohkan
argumentasi mereka, maka orang-orang yang sombong bangkit untuk menenangkan
suasana. Para penentang itu tidak mau manusia akan menyembah selain berhala.
Mereka pun mengatakan akan menggantung dan akan membakar Ibrahim hidup-hidup.
Nabi Ibrahim pun ditangkap lalu disiapkanlah tempat pembakaran. Para penentang
itu berkata kepada pengikutnya: "Bakarlah Ibrahim, dan tolonglah tuhan
kalian jika kalian benar-benar menyembahnya." (QS. al-Anbiya': 68)
Mereka pun terpengaruh dengan ucapan tersebut.
Mereka pun menyiapkan alat-alat untuk membakar Nabi Ibrahim.
Tersebarlah berita itu di kerajaan dan di seluruh
negeri. Manusia-manusia berdatangan dari berbagai pelosok, dari gunung-gunung,
dari berbagai desa, dan dari berbagai kota untuk menyaksikan balasan yang
diterima bagi orang yang berani menentang tuhan, bahkan menghancurkannya.
Mereka menggali lobang besar yang dipenuhi kayu-kayu, batu-batu, dan
pohon-pohon lalu mereka menyalakan api di dalamnya. Kemudian mereka
mendatangkan manjaniq, yaitu suatu alat yang dapat digunakan untuk melempar
Nabi Ibrahim ke dalam api sehingga ia jatuh ke dalam lubang api. Mereka
meletakkan Nabi Ibrahim setelah mereka mengikat kedua tangannya dan kakinya
pada manjaniq itu. Api pun mulai menyala dan asapnya mulai membumbung ke
langit. Manusia yang melihat peristiwa itu berdiri agak jauh dari galian api
itu karena saking panasnya. Lalu, seorang tokoh dukun memerintahkan agar
Ibrahim dilepaskan ke dalam api. Tiba-tiba malaikat Jibril berdiri di hadapan
Nabi Ibrahim dan bertanya kepadanya: "Wahai Ibrahim, tidakkah engkau
memiliki keperluan?" Nabi Ibrahim menjawab: "Aku tidak memerlukan
sesuatu darimu." Nabi Ibrahim pun dilepaskan lalu dimasukkan ke dalam
kubangan api. Nabi Ibrahim terjatuh dalam api. Api pun mulai mengelilinginya,
lalu Allah SWT menurunkan perintah kepada api, Allah SWT berkata:
"Kami berfirman: Wahai api jadilah engkau
dingin dan membawa keselamatan kepada Ibrahim." (QS. al-Anbiya': 69)
Api pun tunduk kepada perintah Allah SWT sehingga
ia menjadi dingin dan membawa keselamatan bagi Nabi Ibrahim. Api hanya membakar
tali-tali yang mengikat Nabi Ibrahim. Nabi Ibrahim dengan tenang berada di
tengah-tengah api seakan-akan beliau duduk di tengah-tengah taman. Beliau
memuji Allah SWT, Tuhannya dan mengagungkan-Nya. Yang ada di dalam hatinya
hanya cinta kepada sang Kekasih, yaitu Allah SWT.
Hati Nabi Ibrahim tidak dipenuhi rasa takut atau
menyesal atau berkeluh kesah. Yang ada dalam hati beliau hanya cinta semata.
Api pun menjadi damai dan menjadi dingin. Sesungguhnya orang-orang yang cinta
kepada Allah SWT tidak akan merasakan ketakutan. Para pembesar dan para dukun
mengamat-amati dari jauh betapa panasnya api itu. Bahkan api terus menyala
dalam tempo yang lama, sehingga orang-orang kafir mengira bahwa api itu tidak
pernah padam. Ketika api itu padam, mereka dibuat terkejut ketika melihat Nabi
Ibrahim keluar dari kubangan api dalam keadaan selamat. Wajah mereka menjadi
hitam karena terpengaruh asap api sementara wajah Nabi Ibrahim berseri-seri dan
tampak diliputi dengan cahaya dan kebesaran. Bahkan pakaian yang dipakai Nabi
Ibrahim pun tidak terbakar, dan beliau tidak tersentuh sedikit pun oleh api.
Nabi Ibrahim pun keluar dari api itu bagaikan beliau keluar dari taman. Lalu
orang-orang kafir pun berteriak keheranan. Mereka pun mendapatkan kekalahan dan
kerugian. Allah SWT berfirman:
"Mereka hendak berbuat makar terhadap
Ibrahim, maka Kami menjadikan mereka itu orang-orang yang paling rugi."
(QS. al-Anbiya': 70)
Al-Qur'an tidak menceritakan kepada kita tentang
usia Nabi Ibrahim saat menghancurkan berhala-berhala kaumnya. Al-Qur'an juga
tidak menceritakan berapa usia beliau saat memikul tanggung jawab dakwah dan
menyeru di jalan Allah SWT. Melalui pelacakan nas-nas dapat diketahui bahwa
Nabi Ibrahim saat itu masih muda belia, ketika melakukan peristiwa besar itu.
Bukti hal itu adalah, ketika para kaumnya mendengar penghancuran berhala,
mereka berkata:
"Mereka berkata: "Kami mendengar ada seorang
pemuda yang mencela berhala-berhala ini yang bernama Ibrahim." (QS.
al-Anbiya': 60)
Alhasil, masa pemilihan Allah SWT terhadap Nabi
Ibrahim tidak ditentukan dalam Al-Qur'an, sehingga kita tidak dapat memberikan
satu jawaban pasti tentang hal itu, tapi yang mampu kita utarakan adalah, bahwa
Nabi Ibrahim mampu membuat argumen yang cukup jelas untuk menghancurkan argumen
para penyembah berhala. Sebagaimana beliau mampu sebelumnya menghancurkan
argumen para penyembah bintang, sehingga hanya tersisa satu argumen yang harus
disampaikan kepada para penguasa dan para raja. Dengan demikian, orang-orang
kafir telah mendapatkan seluruh argumen kebenaran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar